We use cookie to improve your experience on our site. By using our site you consent cookies. See our Cookies Policy and Privacy Policy for more datails

Contoh Anekdot Puisi Bahasa Indonesia

Contoh Anekdot Puisi

Sifat Asli Orang Indonesia

Semua orang suka keindahan 
Semua orang suka kebersihan 
Dan semua orang suka hal-hal yang baik
Tapi mengapa masih banyak orang yang tidak peduli dengan lingkungan?
Kenapa masih banyak orang yang enggan melakukan perubahan?
Mengapa mereka hanya terdiam membisu menyaksikan sampah dimana-mana?
Kenapa mereka tidak bergerak dan bertindak?

Apa mereka Patung?
Apa mereka Tembok?
Ataukah mereka Batu yang amat besar sehingga sulit bergerak?
Mereka itu malas untuk bergerak 
Apakah mereka juga malas mandi,gosok gigi,ganti baju?
Mereka bukan bayi kan?
Mereka juga bukan anak kecil yang perlu dibantu untuk bergerak dan berjalan.... 
Apa mereka nyaman dengan lingkungan yang banyak sampah?
Apa mereka rela berbagi tempat tinggal dengan sampah?
Apa teman mereka  juga sampah? 

Woow...luar biasa bisa berteman dengan sampah...
Kenalan dimana,ko' biasa akrab?
Sejauh mana kedekatannya dengan sampah?
Oohh..pantas sampah dimana-mana
Pantas saja sampah tidak pernah habis...
Karena sampah belahan jiwa mereka 
Mana mungkin sampah bisa lenyap..
Yang ada sampah makin menggunung 

Kalau lebih cinta dengan sampah 
Jangan harap lingkungan bersih
Jangan harap lingkungan nyaman
Dan jangan pernah berharap lingkungan akan indah
Yang ada hanya Indahnya SAMPAH 
Harumnya SAMPAH 
Dan Keistimewaan SAMPAH 
Ingat!!sampah bukan teman,melainkan musuh bagi kita!
Basmi sampah,jangan biarkan sampah merebut lingkungan kita 

Ayo kita bergerak!
Ayo kita berindak!
Jangan malas!
Jangan ragu! 
Sejak dini
Sejak saat ini
Sebelum semua terlambat
Lakukan yang terbaik
Demi lingkungan,dan demi Negeri kita 
                 INDONESIA ......
Semua orang suka kenyamanan    

Asap beracun

Apa yang kau rasa
Panas,sesak yang kau rasa
Entah apa yg terjadi
Kabut beracun disana-sini

               Malangnya lingkungan ini
               Kini telah teracuni
               Aku tak tau lagi apa yang terjadi nanti
               Apa semua akan mati

Disini racun
Disana racun
Apa yang kau hirup racun
Apa asap ini asap racun

              Si hijau itu sudah rusak
              Dan asap racun terus menyerang
              Apa pahlwan hijau kita sudah mati
              Lalu siapa yang mengusirnya

Karya Mustopah SMAN Krangkeng 

Ludah yang Kering

Lihatlah!
masih adakah hati yang berisi?
ketika logika sudah berbau terasi
ketika nurani kian ter-erosi..
di kilatan hujan pesona yang tidak kunjung basi

Lihatlah!
Dendang-an birokrat dan wakil berdasi..
penuh kegiatan sinetron mengejar kursi
Ketika tikus sibuk pesta korupsi
kucing justru giat pamer gusi...
terbuai diempuknya jok mercy

Lihatlah!
Gempita riuhnya demokrasi
menumbuhkan nurani yang semakin membesi
saat Rakyat butuh nasi..
namun justru di kremasi

Ah, sudahlah!
ini bukan Demonstrasi. .
ini juga bukan mosi...
ini hanyalah puisi...
dari yang hidup namun sesungguhnya mati!

Panggung Sandiwara

Aku hanyalah sebagian penonton dari acara itu
Sebuah acara yang mungkin hanya ada di negeriku
Cerita kenyataan yang dipenuhi sandiwara
Dengan lakon para pejabat negara

Inilah aku rakyat jelata yang selalu dibodohi cerita sandiwara
Begitu manis dan lembutnya sampai semua tak tersadar
Inilah negeriku yang katanya tanah surga
Ya, surganya bagi para pelaku sandiwara
Menghabiskan semua isi surga dengan kata manisnya

Mungkin air mata ibu pertiwi benar-benar kering
Tak henti-hentinya menangis
Melihat anak-anaknya berebut mainan
Sebuah mainan yang bisa membuat mereka saling membunuh
yaitu kekuasaan

Inilah aku yang hanya bisa menatap sebuah cerita
Terus dan trus menjadi bodoh olehnya
Aku yang bodoh adalah surga baginya
Sampai mereka lelah menikmati isi surge

Sajak Tak Bertuan

Kau, ya kau…
Hey kau, tidak usah menengok kanan-kiri
Ya benar, kau yang sedang membaca ini
Dengarlah…
Berhentilah menerka-nerka
Berhentilah mengira-ngira
Karena tak sepenuhnya yang aku tulis menceritakanmu
Tak semua puisiku menceritakanya
Dak tak semua sajak ku mewakili perasaanku

Sajak ku tak bertuan
Liar laksana singa dalam istana
Ganas bagaikan kobaran api di dalam negeri
Sajak ku semakin liar,
Siap mencabik-cabik hati si pendosa
Sajak ku semakin ganas,
Siap membakar jiwa-jiwa yang di penuhi keserakahan

Hey, kau…
Berhentilah menerka-nerka
Berhentilah mengira-ngira
Karena mungkin tulisan ku ini memang untukmu
Mungkin juga puisi ku ini untuk dirinya
Dan mungkin saja sajak ku ini untuk diriku sendiri
Atau mungkin juga kata-kata ini
untuk wakil iblis penguasa negeri

Download Doc Anekdot

Doc Doc Contoh Anekdot Download
Apakah artikel ini berguna?
#Yes 0 #No 0 #Ask 0Responses: 0

Posting Komentar

  1. Berkomentarlah dengan sopan, tidak Sara atau SPAM. Author berhak menghapus komentar & tidak dapat diganggu gugat.
  2. Komentar ini, diurutkan dari yang terbaru
  3. Tinggalkan komentar sesuai topik tulisan
  4. Tambahkan Response anda tentang artikel ini dengan menggunakan tag #Yes atau #No berserta alasannya
  5. Jika ada pertanyaan tambahkan tag #Ask
  6. Gunakan <i rel='pre'><!--[Parse Code]--></i> Untuk menambahkan Code(dalam bentuk parse HTML) pada komentar